
Apa itu serangan kecemasan atau serangan panik?
Istilah “serangan kecemasan” dapat memiliki arti yang berbeda bagi setiap individu dan sering digunakan secara bergantian dengan serangan panik. Namun, meskipun memiliki kemiripan, serangan kecemasan dan serangan panik merupakan kondisi yang berbeda dan penting untuk memahami perbedaannya.
“Serangan kecemasan” tidak diklasifikasikan sebagai diagnosis resmi dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM-5).
Sebaliknya, serangan panik diakui dalam DSM-5 dan dikategorikan sebagai serangan yang diharapkan atau tidak diharapkan. Serangan panik terjadi secara tiba-tiba dan spontan, dengan periode rasa takut atau ketidaknyamanan yang intens, biasanya mencapai puncak dalam waktu 10 menit.
Terdapat tiga jenis utama serangan panik:
- tidak terduga (tanpa pemicu),
- terikat situasi (dengan pemicu tertentu), dan
- cenderung situasional.
Serangan panik tidak terduga terjadi tanpa pemicu internal maupun eksternal yang jelas, sering digambarkan muncul “secara tiba-tiba”.
Serangan panik terikat situasi terjadi saat seseorang terpapar atau mengantisipasi pemicu tertentu, misalnya pada fobia sosial ketika berbicara di depan umum, atau fobia spesifik saat menghadapi objek yang ditakuti.
Serangan panik cenderung situasional lebih mungkin terjadi pada situasi tertentu, namun tidak selalu muncul setiap kali.
Apa yang dapat memicu serangan kecemasan atau panik?
Serangan kecemasan biasanya didahului oleh perasaan khawatir atau stres. Walaupun menyerupai serangan panik, gejala fisiknya umumnya lebih ringan. Seseorang dapat mengalami serangan kecemasan dan panik secara bersamaan.
Sebagai contoh, seseorang dengan fobia sosial mungkin merasa cemas saat memikirkan presentasi kerja. Ketika situasi tersebut benar-benar terjadi, kecemasan dapat berkembang menjadi serangan panik.
Serangan panik disertai setidaknya empat dari gejala berikut:
- jantung berdebar atau detak jantung cepat
- keringat berlebih
- gemetar
- sesak napas
- perasaan tercekik
- nyeri atau rasa tidak nyaman di dada
- mual atau gangguan lambung
- pusing atau hampir pingsan
- mati rasa atau kesemutan
- sensasi panas atau dingin mendadak
- takut meninggal
- takut kehilangan kendali atau menjadi “gila”
- merasa terlepas dari diri sendiri atau lingkungan sekitar
Apa yang harus dilakukan jika Anda mengalami serangan panik?
Memahami serangan panik dan mempelajari teknik relaksasi dapat membantu mengatasi gejala yang muncul.
Mengatakan pada diri sendiri untuk “tenang” atau “menguasai diri” sering kali tidak efektif karena justru memusatkan perhatian pada gejala. Jika Anda mengalami serangan panik, ingatkan diri Anda bahwa kondisi ini tidak nyaman, tetapi tidak mengancam jiwa.
Beberapa langkah yang dapat dicoba:
- Mengalihkan perhatian dari tubuh dan gejala, misalnya dengan menghitung mundur dari 100 dengan kelipatan tiga.
- Memvisualisasikan pernapasan dan memperlambat ritmenya. Pernapasan terkontrol membantu mengaktifkan sistem saraf parasimpatik.
Teknik pembumian lainnya yang berguna adalah metode “5-4-3-2-1”, dengan melibatkan lima indera:
- 5 hal yang dapat Anda lihat
- 4 hal yang dapat Anda sentuh
- 3 hal yang dapat Anda dengar
- 2 hal yang dapat Anda cium
- 1 hal yang dapat Anda rasakan
Teknik ini membantu mengarahkan kembali perhatian ke lingkungan fisik saat ini.
Apa perbedaan antara serangan kecemasan dan serangan panik?

Perbedaan utama adalah kecemasan biasanya terkait dengan pemicu stres tertentu. Ketika pemicu tersebut dihilangkan, kecemasan cenderung mereda.
Serangan panik tidak selalu dipicu oleh stresor. Rasa takut yang intens dapat membuat seseorang merasa akan meninggal, kehilangan kendali, atau mengalami serangan jantung. Selain gejala fisik yang kuat, perilaku juga dapat terpengaruh, seperti menghindari tempat atau situasi yang dianggap berisiko memicu serangan panik.
Jika Anda sering mengalami serangan kecemasan, apa yang dapat dilakukan?
Serangan panik dapat diobati. Serangan panik berulang akibat kecemasan dapat berdampak emosional dan mengganggu fungsi sehari-hari. Jika Anda mengalami serangan panik, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter umum guna menyingkirkan kemungkinan kondisi medis seperti hipertiroidisme, asma, atau diabetes.
Anda juga dapat membuat janji dengan tenaga profesional kesehatan mental untuk mempelajari strategi pengelolaan yang lebih efektif. Pilihan perawatan meliputi pengobatan, psikoterapi, manajemen stres, teknik pernapasan yang tepat, dan latihan relaksasi.